Pemicu Proses Terjadinya Badai Guntur
Secara umum, badai guntur memerlukan faktor pemicu agar bisa berkembang. Faktor ini dikenal dengan mekanisme awal yang menimbulkan gerakan massa udara ke atas.
Suhu di lapisan paling bawah atmosfer meningkat sangat cepat pada sore atau malam hari karena pemanasan daratan dan udara panas akan cenderung bergerak naik.
Pengangkatan (lifting) juga dapat disebabkan oleh adanya front, terutama front dingin dan dry?lines. Front adalah tempat transisi pertemuan massa udara yang berbeda.
Petir menyambar akibat cuaca buruk.
Selain bagian depan, bentuk rupa bumi (terrain) juga dapat menyebabkan pengangkatan udara, seperti ketika aliran udara melalui daerah pegunungan maka angin akan dipaksa naik melewati lereng pegunungan.
Bobo.id - Setelah mengalami cuaca panas yang cukup panjang, tak terasa beberapa daerah sudah memasuki musim hujan.
Memasuki musim hujan, artinya akan ada satu fenomena alam yang akan muncul setelah lama tenggelam. Apa itu?
Yap, badai petir. Fenomena alam ini menjadi salah satu ciri khas musim hujan. Kalau ada badai petir, maka ada hujan.
Badai ini biasanya berlangsung singkat dan hampir selalu dikaitkan dengan petir, guntur, awan tebal, hingga hujan es.
Lalu, kira-kira kenapa ya fenomena alam badai petir sering terjadi saat musim hujan? Simak informasi berikut, yuk!
Siklus Badai Guntur hingga Dapat Menghasilkan Hujan
Dalam situsnya, BMKG menjelaskan bahwa semua badai guntur terbentuk dari sel badai guntur.
Sel thunderstorm ini memiliki ciri khusus yaitu siklus hidupnya hanya sekitar 30 menit. Siklus hidup sebuah badai guntur dapat digambarkan dengan tahapan berikut ini.
1. Pada tahap menjadi towering cumulus (Cu), sebuah awan Cu mulai tumbuh secara vertikal mencapai ketinggian hingga 6 km.
Massa air di dalamnya menampilkan fitur updraft atau udara yang bergerak ke atas dengan beberapa aliran turbulensi terjadi di sekeliling tepi awan.
Petir yang membentuk rangkaian burung.
2. Pada saat badai petir mencapai tahapan matang, awan dapat berkembang dengan sangat tinggi, seringkali mencapai 12 km atau lebih.
Bahkan di puncak awan badai guntur, dapat mencapai lapisan tropopause, papan lapisan di mana segala unsur oksigen maupun karbondioksida sudah tidak ada. Akibatnya, hujan dihasilkan dan gaya gesekan ke bawah terdesak oleh butiran-butiran air hujan yang turun di sekitar wilayah udara yang menghasilkan downdraft (udara yang bergerak ke bawah).
Kemudian proses pendinginan massa udara akibat penguapan butiran-butiran air hujan akan meningkatkan kecepatan downdraft.
Laju updraft dan downdraft relatif lemah, yaitu sekitar 10m/detik, dan keduanya dapat saling mempengaruhi/bercampur.
3. Pada tahap peluruhan, hujan akan menyebar ke seluruh bagian awan badai guntur dan downdraft menjadi lebih luas.
Updraft semakin melemah, badai mulai kehabisan suplai udara panas yang lembab sebagai bahan bakarnya, dan akhirnya awan badai guntur akan meluruh.
Hujan ringan dan angin dapat tetap berlangsung untuk sementara waktu pada tahap ini, sebelum yang tertinggal hanya sisa-sisa awan bagian anvil dari cumulonimbus.
Suhu di lapisan paling bawah atmosfer meningkat sangat cepat pada sore atau malam hari karena pemanasan daratan dan udara panas akan cenderung bergerak naik.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Badai petir kering adalah sebuah badai petir yang menghasilkan petir, namun sebagian besar atau seluruh presipitasinya menguap sebelum mencapai tanah.[1] Petir kering merujuk kepada serangan-serangan petir yang terjadi masa situasi tersebut.
Faktor Kelembapan Udara
Salah satu faktor utama yang memengaruhi terjadinya badai petir saat musim hujan adalah kelembapan udara yang tinggi.
Yap, musim penghujan memang seringkali disertai dengan peningkatan kelembapan di udara sekitar kita.
Kelembapan yang tinggi menciptakan kondisi ideal untuk membentuk awan badai dan menciptakan badai petir.
Tak hanya itu, selama musim hujan, perbedaan suhu udara antara malam dan siang umumnya lebih signifikan.
Pada siang hari, Matahari memanaskan permukaan Bumi, yang kemudian memanaskan udara di atasnya.
Di malam hari, suhu udara turun, menciptakan perbedaan suhu yang cukup besar antara udara hangat dan dingin.
Baca Juga: Sering Terjadi di Pantai Indonesia, Apa Itu Fenomena Alam Kabut Adveksi?
Perbedaan suhu ini memicu peristiwa yang disebut konveksi udara, yakni udara panas naik dan udara dingin turun.
Proses ini bisa menghasilkan badai petir karena pergerakan udara yang cepat menciptakan gesekan.
Gesekan ini terjadi antara partikel-partikel udara yang dapat menghasilkan muatan dan menciptakan petir.
Teman-teman tentu sudah banyak yang tahu, awan yang membentuk badai adalah jenis awan kumulonimbus.
Awan ini adalah awan badai yang posisinya cukup tinggi. Ia mengandung sejumlah besar air es di lapisan atasnya.
Ketika partikel-partikel es dan uap air bertabrakan di dalam awan, gesekan itu dapat menciptakan muatan listrik.
Nah, akumulasi muatan listrik di dalam awan kumulonimbus inilah yang dapat menyebabkan kilat dan petir.
Selama musim hujan, awan kumulonimbus tercipta lebih banyak sehingga badai petir akan lebih sering terjadi.
Selama musim hujan, cepatnya perubahan cuaca, seperti hujan deras dapat menciptakan turbulensi atmosfer.
Turbulensi ini dapat memicu adanya konveksi udara, yang akhirnya meningkatkan peluang terjadinya badai petir.
Ketika massa udara bergerak cepat dan bertabrakan, ini adalah kondisi ideal pembentukan kilat dan guntur.
Baca Juga: Laut Mati Mengalami Fenomena Alam 'Hujan Salju Garam', Apakah itu?
Tahukah teman-teman? Ternyata geografi dan topografi suatu wilayah bisa memengaruhi frekuensi badai petir.
Daerah dengan topografi seperti pegunungan atau lembah cenderung memiliki badai petir yang lebih sering.
Ini karena interaksi antara massa udara dengan perbedaan ketinggian bisa menciptakan badai petir.
Selain itu, daerah pesisir juga sering mengalami badai petir selama musim hujan karena interaksi udara darat dan laut.
O iya, faktor geografis ini juga didukung oleh pemanasan permukaan Bumi hingga menciptakan badai petir, lo.
Ketika musim hujan tiba, maka sinar Matahari yang kuat di siang hari dapat memanaskan permukaan Bumi.
Nah, pemanasan permukaan Bumi oleh Matahari ini bisa menciptakan lapisan udara hangat menjadi naik.
Udara yang naik ini dapat bertemu dengan udara yang lebih dingin di lapisan bagian atas atmosfer, teman-teman.
Kondisi seperti inilah yang akhirnya bisa menciptakan ketidakstabilan udara sehingga memicu badai petir.
Perlu diketahui, badai petir diketahui terjadi di hampir setiap wilayah dunia. Namun, lebih sering terjadi di wilayah tropis.
Nah, itulah alasan mengapa fenomena badai petir sering terjadi saat musim hujan. Semoga bisa bermanfaat, ya.
Baca Juga: Jadi Tempat Wisata Menarik, Ini 5 Fenomena Alam Air Terjun Paling Indah di Dunia
Artikel ini dibuat dengan bantuan AI dan diperiksa ulang oleh Redaksi Bobo.id.
Hal apa yang sering dikaitkan dengan badai petir?
Petunjuk: cek di halaman 1!
Lihat juga video ini, yuk!
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan
Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.
AIA Healthiest Schools Dukung Sekolah Jadi Lebih Sehat Melalui Media Pembelajaran dan Kompetisi
Musim Penghujan, Ketahui Penyebab Badai Petir Bisa Terbentuk
Jumat, 30 Desember 2022 - 11:00 WIB
VIVA Tekno – Badai guntur atau disebut juga dengan badai petir adalah kondisi atau bentuk cuaca yang disebabkan oleh awan cumulonimbus (Cb). Badai petir biasanya ditandai dengan kilat dan petir.
Melansir laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), terbentuknya badai guntur dapat terjadi karena tiga hal yakni uap air, ketidakstabilan/instabilitas udara, dan mekanisme pengangkatan massa udara (lifting).
Dalam kondisi badai, udara dikatakan tak stabil jika ia terus naik ketika ada dorongan ke atas. Suatu massa udara yang tidak stabil dicirikan oleh udara panas lembab di dekat permukaan dan udara dingin yang kering di atasnya.
Ketika kumpulan udara yang naik mengalami pendinginan, sebagian uap airnya akan terkondensasi membentuk awan cumulonimbus (Cb), yang umumnya disebut badai guntur (badai petir).