ILUSTRASI. KB Bukopin optimistis raih target pertumbuhan kredit di 2023
Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank di jajaran KBMI II, atau bank yang masuk kelompok modal inti lebih dari Rp 6 triliun sampai Rp 14 triliun menunjukkan optimismenya dapat mencapai target pertumbuhan kredit hingga akhir tahun 2023 sesuai dengan Rencana Bisnis Bank (RBB) yang telah ditetapkan di awal.
PT BPD Jawa Barat Banten Tbk (Bank BJB) misalnya, optimisme bank ini tidak berubah untuk mencapai target pertumbuhan kredit hingga akhir tahun 2023 di kisaran 9%-11%.
"Untuk target bisnis sesuai rencana bisnis masih on track, kami melihat bisnis terus bertumbuh, termasuk di kuartal terakhir tahun ini, sesuai guidance kami 9%-11% YoY," kata Yuddy Renaldi, Direktur Utama Bank BJB kepada Kontan belum lama ini.
Optimisme tersebut dapat dilihat dari laporan keuangan Bank BJB per Agustus 2023, di mana penyaluran kredit tercatat sudah mencapai Rp 114,94 triliun, atau tumbuh 10,6% YoY dari Rp 103,90 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Suku Bunga Acuan BI Naik, Bunga Deposito Siap Menyusul?
Yuddy menyebut melihat perkembangan dan potensi pertumbuhan kredit yang ada tersebut pihaknya memproyeksikan target dapat dapat tercapai hingga akhir tahun.
Adapun secara absolut nominal, Yuddy menyebut segmen konsumer dan korporasi menjadi kontributor terbesar untuk pertumbuhan kredit Bank BJB. Meski begitu dirinya mengatakan kredit segmen korporasi pertumbuhannya tidak seoptimis proyeksi mereka di awal tahun.
"Ini karena berbagai kondisi makro juga memperhatikan kondisi kas yang masih cukup besar dimiliki oleh korporasi untuk mendukung aktivitas operasional dan modal kerjanya, juga suku bunga yang masih tinggi saat ini," kata Yuddy.
Di sisi lain, Yuddy melihat kredit segmen KPR masih memiliki permintaannya cukup tinggi, terutama untuk kredit rumah subsidi.
Lebih lanjut, Yuddy bilang segmen konsumer dan ritel juga pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal pertama 2023, sehingga ke depan akan mampu membantu dalam pencapaian target pertumbuhan kredit di akhir tahun 2023.
Senada, PT Bank KB Bukopin Tbk juga optimistis untuk mencapai pertumbuhan positif dalam penyaluran kredit hingga akhir tahun 2023. Wakil Direktur Utama Bank KB Bukopin Robby Mondong mengatakan pihaknya terus mengupayakan ekspansi penyaluran kredit sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja bisnis bank.
"Kami melihat potensi yang besar dalam segmen wholesale (korporasi) sehingga saat ini, segmen ini menjadi fokus kami sambil tetap mendukung pertumbuhan segmen small medium enterprise (SME) dan ritel," kata Robby kepada Kontan, Senin (23/10).
Robby menyebut dengan strategi tersebut, pihaknya percaya bahwa target pertumbuhan kredit sekitar 5%-6% YoY dapat tercapai hingga akhir tahun, dan akan menjadi katalis pertumbuhan ekonomi Bank KB Bukopin yang berkelanjutan di masa mendatang.
Baca Juga: BI Perpanjang Insentif DP 0% Untuk KPR, Begini Respons Perbankan
Meski tidak menyebut rincian berapa besar kredit yang sudah disalurkan hingga Agustus/September, namun Robby bilang capaian perseroan hingga saat ini menunjukkan perkembangan positif.
"Pada semester pertama tahun 2023, kami mencatat pertumbuhan kredit baru yang signifikan, meningkat hingga 40% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya," katanya.
Segmen korporasi atau wholesale banking menjadi salah satu penopang pertumbuhan kredit yang signifikan di Bank KB Bukopin hingga saat ini.
Adapun strategi Bank KB Bukopin untuk mencapai target pertumbuhan kredit sesuai RBB, yakni dengan berfokus pada segmen korporasi atau wholesale terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh cross-selling dengan penyaluran kredit pada segmen SME dan ritel.
Selanjutnya Bank KB Bukopin akan melakukan pendekatan strategi top-down dalam penyaluran kredit untuk mengoptimalkan ekspansi kredit sekaligus menjaga kualitas aset dan mengendalikan biaya pendanaan.
Di sisi lain Robby juga menyebut pihaknya juga akan berhati hati dalam memberikan kredit, dan juga berkomitmen untuk mengelola likuiditas dengan bijak, melanjutkan ekspansi bisnis bank serta menjaga kualitas pertumbuhan kredit.
"Strategi kami didasarkan pada keyakinan dan optimisme bahwa kinerja Perseroan akan terus membaik seiring dengan membaiknya struktur permodalan kami dan penyaluran kredit yang lebih luas," katanya.
Jika melihat data terakhir dari laporan Bank KB Bukopin, per Juli bank ini telah menyalurkan kredit mencapai Rp 43,59 triliun atau turun 6,58% YoY dari Rp 46,66 pada tahun lalu.
Di sisi lain, PT Bank Jago Tbk menargetkan kredit baru bisa tumbuh sebesar Rp 4 triliun di sepanjang tahun 2023 dari capaian penyaluran kredit sebesar Rp 9,43 triliun pada tahun 2022 lalu.
Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung belum lama ini menyebut strateginya untuk dapat menggenjot pertumbuhan kredit bank adalah dengan mengandalkan skema partnership atau channeling dengan sejumlah mitra.
"Dari sekarang banyak kerja sama dilakukan. Channeling merupakan cara kita diversifikasi pertumbuhan kredit," ungkapnya kepada Kontan belum lama ini.
Bank Jago setidaknya telah bekerjasama dengan berbagai mitra dalam menyalurkan kredit, di antaranya ada Kredit Pintar, Atome, dan juga GoPayLater Cicil dan lainnya.
Jika melihat laporan keuangan Bank Jago per Agustus 2023, tercatat bank telah menyalurkan kredit sebesar Rp 9,52 triliun, atau tumbuh 84,82% YoY dari Rp 5,15 triliun pada tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Reporter: Nurtiandriyani Simamora Editor: Anna Suci Perwitasari
PERBANKAN kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) 4 berlomba-lomba menunjukkan performa lewat kinerja keuangan kuartal I 2023. Bank KBMI 4 merupakan bank dengan modal inti lebih dari Rp70 triliun, yaitu Bank Central Asia (BCA), Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Negara Indonesia (BNI).
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) hingga akhir kuartal I 2023 mencetak laba konsolidasi (BRI Group) sebesar Rp15,56 triliun, tumbuh 27,37% (yoy). Aset BRI Group tumbuh 10,46% yoy menjadi Rp1.822,97 triliun.
"Dari sisi penyaluran kredit, kontributor utama tetap di segmen mikro yang tumbuh 11,18% sehingga total kredit dan pembiayaan BRI Group menjadi sebesar Rp1.180,12 triliun," kata Direktur Utama PT Bank R....
ILUSTRASI. OJK mencatat pertumbuhan aset di industri perbankan nasional mencapai 5% secara tahunan/pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/0411/2021.
Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan aset di industri perbankan nasional mencapai 5% secara tahunan (year on year/yoy) dengan nilai total aset mencapai Rp 11.427,96 triliun pada tahun lalu per November 2023. Pertumbuhan aset tersebut sejalan dengan tren kenaikan penyaluran kredit perbankan yang sebesar 10,38% yoy pada tahun lalu.
Bank dengan kategori modal inti (KBMI) IV menjadi bank dengan penguasaan aset terbesar yakni dengan porsi aset 50% dari seluruh total aset di industri bank nasional dengan total nilai aset Rp 5.742,33 triliun.
Masing-masing bank di KBMI 4 bahkan telah mencatatkan total nilai aset di atas Rp 1.000 triliun di tahun lalu.
Baca Juga: The Fed Pertahankan Suku Bunga, Bagaimana Dampaknya Terhadap Pasar Kripto?
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi jawara dengan nilai aset terbesar secara konsolidasi yakni mencapai Rp 2.174,22 triliun atau tumbuh 9,11% yoy sepanjang tahun 2023. Sementara itu secara bank only, Bank Mandiri mencatat nilai aset Rp1.688,85 triliun atau tumbuh 6,93% yoy.
Di posisi kedua ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang secara konsolidasi mencatat nilai aset sebesar Rp 1,965 triliun, tumbuh 5,33% yoy. Namun jika melihat nilai total aset secara bank only, BRI justru menjadi jawaranya dengan total aset sebesar Rp1.835,24 triliun pada 2023 lalu atau tumbuh 4,81% yoy.
Selisih total aset Bank Mandiri dengan BRI secara konsolidasi terpaut cukup jauh yakni sekitar Rp209,22 triliun pada 2023, bahkan gap tersebut naik dari Rp 126,91 triliun di akhir 2022. Hal ini disebabkan berbagai hal, salah satunya pertumbuhan kredit Bank Mandiri yang lebih tinggi 16,3% dibandingkan BRI yang tumbuh 11,2% yoy, serta kontribusi dari anak usaha masing-masing perseroan.
Sejalan dengan itu para bankir optimistis pertumbuhan aset yang berkualitas akan sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit tahun 2024.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan didorong oleh perekonomian Indonesia yang bakal tumbuh dengan baik di 2024, pihaknya menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 13%-15%, dengan strategi memperkuat kompetensi penyaluran kredit di segmen wholesale banking.
Sementara itu Direktur BRI Sunarso menyebut target kredit agresif di kisaran 11%-12% yoy dengan menyasar segmen pertumbuhan baru dari sektor ultra mikro.
Selanjutnya di posisi ketiga dengan total aset terbesar diisi oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai aset secara konsolidasi sebesar Rp 1.408 triliun, tumbuh 7,1% yoy. Sementara secara bank only nilai aset BCA sebesar Rp 1.370,87 triliun atau tumbuh 6,82%.
Adapun PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) berada di posisi keempat dengan total nilai aset Rp1.086,66 triliun atau tumbuh 5,52%, sementara secara bank only nilai aset BNI mencapai Rp 1.048,73 triliun atau tumbuh 5,13% yoy.
Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggaraini mengatakan tahun ini pihaknya bakal konsisten mendorong pertumbuhan kredit yang berkualitas untuk menjaga pertumbuhan aset bank yang berkualitas.
Baca Juga: Ini Bank-bank Paling Efisien di Indonesia
“BNI akan konsisten dalam membukukan pertumbuhan kredit yang berkualitas dari segmen konsumen, Corrporate dan UMKM sehingga kualitas aset akan sehat dalam jangka panjang,” kata Novita.
Sejalan dengan itu BNI menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 9% sampai 11% pada tahun 2024.
Untuk menjangkau lebih banyak debitur, BNI bakal memperluas digitalisasi sejalan dengan proses pengembangan bisnis dengan transaksi yang lebih Advannce.
“Transformasi cabang hingga peningkatan skala bisnis perusahaaan anak yang memungkinkan BNI memiliki proposisi nilai atau value proposition dan customer injection yang unggul,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Reporter: Nurtiandriyani Simamora Editor: Herlina Kartika Dewi
Bisnis.com, JAKARTA -- Empat bank yang masuk jajaran kasta tertinggi yakni KBMI IV meliputi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. PT Bank Central Asia Tbk., dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menjadi pengelola terbesar aset perbankan Tanah Air.
Dalam aturan POJK No.12/POJK.03/2021, perbankan dikelompokkan dalam 4 kategori Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI). KBMI 1 untuk bank yang memiliki modal inti kurang dari Rp6 triliun. KBMI 2 untuk bank yang memiliki modal inti Rp6 sampai Rp14 triliun. Lalu, KMBI 3 untuk bank yang memiliki modal inti Rp14 triliun sampai Rp70 triliun. Sementara itu, KMBI 4 untuk bank yang memiliki modal inti lebih dari Rp70 triliun.
Berdasarkan data Surveillance Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total aset perbankan di Indonesia per September 2023 mencapai Rp11.234,97 triliun, tumbuh 7,13% secara tahunan (year-on-year/yoy).
“Aset perbankan Indonesia masih terkonsentrasi pada beberapa bank,” lapor OJK yang dikutip Bisnis, Jumat (29/12/2023).
Bila dirinci, sebanyak empat bank jumbo atau bank bermodal inti lebih dari Rp70 triliun menguasai setengah dari aset perbankan Indonesia, yakni 49,94% atau sebesar Rp5.610,95 triliun.
Selanjutnya, kelompok bank kategori KBMI III tercatat memiliki aset Rp2.750,82 triliun atau sebesar 24,48%. Disusul oleh KBMI II dengan total aset mencapai 12,52% atau Rp1.466,93 triliun dan terakhir KBMI I yang menguasai aset perbankan sebesar 12,52% atau Rp1.406,27 triliun.
Adapun, total aset 20 Bank Umum terbesar mencapai 79,16% dari aset perbankan. Sementara itu, terkait bank jumbo Tanah Air sendiri, keempatnya mencatatkan pertumbuhan aset yang pesat.
Misalnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang menjadi perseroan yang membukukan kenaikan aset sebesar 9,93% yoy menjadi Rp1.851,96 triliun dibanding sebelumnya Rp1.684,60 triliun (yoy).
Lalu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menjadi bank dengan jumlah aset terbesar. Tercatat, bank berkode emiten BMRI memiliki total aset konsolidasi yang menembus Rp 2.007 triliun per September 2023 atau tumbuh 9,11% bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy).
Selanjutnya, PT Bank Central Asia menjadi satu-satunya bank swasta yang berada di kategori KBMI IV.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan dengan kredit yang tumbuh dobel digit, aset BBCA pun naik 7,2% yoy menjadi Rp1.381 triliun hingga September 2023.
Terakhir, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) telah mencapai aset sebesar Rp1.009,3 triliun pada kuartal III/2023.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan capaian aset ini didukung kinerja kredit yang mengalami akselerasi pada kuartal III/2023.
"Akselerasi ini membuat kredit tumbuh 7,8% menjadi Rp671,4 triliun yang didorong ekspansi segmen berisiko rendah, korporasi blue chip, segmen konsumer, dan anak usaha," ujarnya dalam paparan kinerja BNI kuartal III/2023 pada Selasa (31/10/2023).
ILUSTRASI. Sejumlah perbankan mengalami pergeseran modal inti yang menyebabkan levelnya naik kasta dalam KBMI.
Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perbankan mengalami pergeseran modal inti yang menyebabkan levelnya naik kasta dalam kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI).
Jika melihat data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebanyak dua bank mengalami pergeseran dari KBMI 1 naik level menjadi KBMI 2 pada periode tiga bulan pertama tahun ini, atau Kuartal I-2024.
Sebagai informasi, bank KBMI 1 memiliki modal inti minimum sampai Rp 6 triliun, sementara bank yang masuk jajaran KBMI 2 memiliki modal inti di atas Rp 6 triliun sampai Rp 14 triliun. Adapun KBMI 3 memiliki modal inti di atas Rp 14 triliun sampai Rp 70 triliun, dan KBMI 4 dengan modal inti lebih dari Rp 70 triliun.
Baca Juga: Beralih dari Bank Muamalat, BTN Dikabarkan Sedang Due Diligence Bank Victoria Syariah
Setelah ditelisik, ada PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS) yang baru naik level menjadi KBMI 2 dengan modal inti saat ini sebesar Rp 6,58 triliun per Maret 2024.
Direktur Utama Bank Maspion Kasemsri Charoensiddhi mengatakan, secara teknis kenaikan modal inti tersebut terjadi setelah aksi rihg issue yang dilaksanakan pada Kuartal IV tahun 2023 lalu.
Dari penerbitan saham sebanyak 9,48 miliar saham tersebut, Bank Maspion memperoleh dana segar sekitar Rp 3,57 triliun. Alhasil modal inti Bank Maspion naik dari Rp 3,01 triliun per September 2023 menjadi Rp 6,58 triliun per Desember 2023.
"Aksi korporasi atau rights issue yang dilakukan pada Kuartal IV-2023 lalu telah membuat modal inti Bank Maspion menjadi lebih dari Rp 6 triliun dan masuk dalam kategori KBMI 2. Melalui penambahan modal tersebut, Bank Maspion berkomitmen sebagai mitra keuangan dan bisnis yang dapat diandalkan," ungkap Kasemsri kepada Kontan.
Lebih lanjut Kasemsri menyebut tahun ini pihaknya akan tetap fokus menjalankan bisnis bank dengan melanjutkan pertumbuhan kinerja laba yang signifikan pada Kuartal I-2024.
Asal tahu saja, Bank Maspion pada Kuartal I-2024 mencatatkan peningkatan kinerja secara tahunan, dimana laba meningkat 68% yoy menjadi Rp 47,3 miliar. Hal ini utamanya didukung oleh pertumbuhan kredit yang signifikan tumbuh sebesar 53% yoy menjadi Rp 4,9 triliun pada periode tiga bulan pertama tahun 2024.
"Hal ini sejalan dengan rencana bisnis bank sepanjang tahun 2024 dimana bank akan berfokus pada pertumbuhan kinerja keuangan melalui pertumbuhan kredit terutama pada lini komersial dan korporasi yang menjadi basis kredit bank," ungkapnya.
Di samping itu, untuk mendukung rencna dan target bisnisnya, Bank Maspion akan berkolaborasi dengan Kasikorn bank selaku pemegang saham, dengan memanfaatkan jaringan dan keahlian AEC+3 KBank untuk memfasilitasi hubungan bisnis di Indonesia dan seluruh kawasan Asean.
Selain Bank Maspion, ada PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) atau BNC yang jika tidak ada aral melintang akan melakukan rights issue dengan menerbitkan sebanyak 5 miliar saham, dan dijadwalkan pada Juni sampai Juli mendatang.
Baca Juga: BI Catat Aliran Modal Asing Masuk Capai Rp 8,91 Triliun di Pekan Kedua Juni 2024
Direktur Bisnis BNC Aditya Windarwo mengatakan, penambahan modal tersebut setidaknya diperkirakan akan memperoleh dana segar sekitar Rp 600 miliar sampai Rp 800 miliar.
Bahkan Aditya menyebut perolehan dana rights issue tersebut berpotensi mencapai Rp 1 triliun jika pergerakan Harga saham BBYB naik.
Namun jika melihat perkiraan perolehan modal dari rencana rights issue tersebut, BNC memang belum akan naik level dari posisinya yang saat ini berada di KBMI 1 dengan jumlah modal inti sebesar Rp 3,41 triliun per Maret 2024.
"Nantinya dari perolehan dana rights issue tersebut, akan dialokasikan untuk modal ekspansi kredit sebanyak 40%, untuk kegiatan operasional sebesar 45%, dan pengembangan teknologi informasi," kata Aditya.
Lebih lanjut Aditya menyebut, pihaknya akan mulai fokus menyasar segmen kredit komersial dan korporasi.
Sementara itu jika melihat laporan keuangan PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (bjb), total modal inti perseroan secara konsolidasi telah mencapai Rp 15,41 triliun, yang artinya sudah masuk level KBMI 3. Namun jika melihat secara bank only, modal inti bjb memang baru Rp 13,83 triliun.
Saat dikonfirmasi, manajemen bjb belum merespons terkait dengan posisi modal inti mereka. Meskipun memang saat ini bjb tengah fokus memperkuat konglomerasinya dengan ber-KUB (Kelompok Usaha Bank).
Meskipun pada tahun 2023 lalu bjb hendak melaksanakan rights issue, namun harus batal karena permodalan yang dinilai masih cukup kuat dalam mendorong pertumbuhan bisnis bank.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Reporter: Nurtiandriyani Simamora Editor: Herlina Kartika Dewi
ILUSTRASI. Uang beredar: Teller menghitung uang di Bank Mega, Jakarta, Selasa (12/3/2024). Kewajiban Pemenuhan LCR Bank KBMI 1 Segera Berlaku, Begini Dampaknya ke Perbankan
Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank di jajaran kelompok berdasarkan modal inti (KBMI) I mulai 1 Oktober 2024 akan ikut memenuhi Kewajiban Pemenuhan Liquidity Coverage Ratio (LCR) minimum sebesar 100%.
Beleid tersebut saat ini tengah digodok Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Kewajiban Pemenuhan Liquidity Coverage Ratio bagi Bank Umum (RPOJK LCR).
Sebelumnya, kewajiban pemenuhan LCR ini hanya berlaku untuk bank KBMI II, III, dan IV. Sehingga dengan berlakunya aturan tersebut, maka seluruh bank umum akan diwajibkan memenuhi LCR.
Baca Juga: Simak Strategi Maybank Indonesia yang Berhasil Menggenjot Kinerja di Kuartal 1 2024
Dalam RPOJK LCR tersebut, OJK mewajibkan bank menyusun rencana tindak untuk mengembalikan pemenuhan LCR minimum 100%, ini berlaku mulai 1 Oktobe 2024 untuk perhitungan LCR harian, dan pada akhir bulan Oktober 2024, bank diwajibkan melakukan penyampaian laporan LCR bulanan, serta akhir bulan Desember 2024 untuk publikasi publikasi perhitungan dan nilai LCR triwulanan melalui situs web Bank.
Pengamat perbankan SVP Head of Riset LPPI, Trioksa Siahaan, mengatakan, upaya regulator mengikutsertakan bank di KBMI 1 memenuhi kewajiban pemenuhan LCR ini akan menimbulkan dampak manfaat serta ruang kontrol dalam aktivitas bisnisnya.
Adapun manfaatnya, bank KBMI 1 tentunya akan memiliki likuiditas yang terjaga dengan baik, sehingga dapat memenuhi kewajibannya kepada seluruh nasabah jika terjadi kondisi penarikan dana. Dus, ini membuat bank lebih konservatif dan lebih likuid dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.
Baca Juga: Laba Maybank (BNII) Naik 18,5% Jadi Rp 1,74 Triliun pada Tahun 2023
Namun di sisi lain, aturan kewajiban pemenuhan LCR ini tentunya akan membuat bank di KBMI 1 lebih berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya, mengingat jika minimum rasio LCR tidak terpenuhi, maka bank tidak dapat menyalurkan kreditnya.
"Tentunya dengan aturan ini akan terhambat penyaluran kreditnya," ungkap Trioksa.
Selain itu, pada RPOJK LCR Bank Umum ini juga diatur terkait dengan simpanan dan jangka waktunya agar sesuai dengan lama periode penyaluran kredit jatuh tempo.
Adapun OJK menyebut jumlah simpanan yang dapat dikecualikan dari perhitungan arus kas keluar (cash outflow) paling tinggi sebesar total fasilitas kredit atau pinjaman.
Reporter: Nurtiandriyani Simamora Editor: Noverius Laoli
ILUSTRASI. Uang beredar: Teller menghitung uang di Bank Mega, Jakarta, Selasa (12/3/2024). Kewajiban Pemenuhan LCR Bank KBMI 1 Segera Berlaku, Begini Dampaknya ke Perbankan
Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank di jajaran kelompok berdasarkan modal inti (KBMI) I mulai 1 Oktober 2024 akan ikut memenuhi Kewajiban Pemenuhan Liquidity Coverage Ratio (LCR) minimum sebesar 100%.
Beleid tersebut saat ini tengah digodok Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Kewajiban Pemenuhan Liquidity Coverage Ratio bagi Bank Umum (RPOJK LCR).
Sebelumnya, kewajiban pemenuhan LCR ini hanya berlaku untuk bank KBMI II, III, dan IV. Sehingga dengan berlakunya aturan tersebut, maka seluruh bank umum akan diwajibkan memenuhi LCR.
Baca Juga: Simak Strategi Maybank Indonesia yang Berhasil Menggenjot Kinerja di Kuartal 1 2024
Dalam RPOJK LCR tersebut, OJK mewajibkan bank menyusun rencana tindak untuk mengembalikan pemenuhan LCR minimum 100%, ini berlaku mulai 1 Oktobe 2024 untuk perhitungan LCR harian, dan pada akhir bulan Oktober 2024, bank diwajibkan melakukan penyampaian laporan LCR bulanan, serta akhir bulan Desember 2024 untuk publikasi publikasi perhitungan dan nilai LCR triwulanan melalui situs web Bank.
Pengamat perbankan SVP Head of Riset LPPI, Trioksa Siahaan, mengatakan, upaya regulator mengikutsertakan bank di KBMI 1 memenuhi kewajiban pemenuhan LCR ini akan menimbulkan dampak manfaat serta ruang kontrol dalam aktivitas bisnisnya.
Adapun manfaatnya, bank KBMI 1 tentunya akan memiliki likuiditas yang terjaga dengan baik, sehingga dapat memenuhi kewajibannya kepada seluruh nasabah jika terjadi kondisi penarikan dana. Dus, ini membuat bank lebih konservatif dan lebih likuid dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.
Baca Juga: Laba Maybank (BNII) Naik 18,5% Jadi Rp 1,74 Triliun pada Tahun 2023
Namun di sisi lain, aturan kewajiban pemenuhan LCR ini tentunya akan membuat bank di KBMI 1 lebih berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya, mengingat jika minimum rasio LCR tidak terpenuhi, maka bank tidak dapat menyalurkan kreditnya.
"Tentunya dengan aturan ini akan terhambat penyaluran kreditnya," ungkap Trioksa.
Selain itu, pada RPOJK LCR Bank Umum ini juga diatur terkait dengan simpanan dan jangka waktunya agar sesuai dengan lama periode penyaluran kredit jatuh tempo.
Adapun OJK menyebut jumlah simpanan yang dapat dikecualikan dari perhitungan arus kas keluar (cash outflow) paling tinggi sebesar total fasilitas kredit atau pinjaman.
Senada, Ekonom Universitas Bina Nusantara, Doddy Ariefianto, mengatakan,keputusan OJK mewajibkan bank KBMI 1 untuk ikut memenuhi minimum LCR 100% tersebut bertujuan agar seluruh bank di Indonesia memiliki standar likuiditas minimum yang harus dipelihara sebagaimana mengikuti tandar internasional yang berlaku yaitu Basel III terkait The Liquidity Coverage Ratio and liquidity risk monitoring tools yang diterbitkan oleh Basel Committee on Banking Supervision (BCBS).
"Jadi saya menilai ini lebih kepada bagaimana nantinya bank KBMI 1 melakukan perencanaan perhitungan LCR nya, estimasi LCR gak gampang," ungkap Doddy.
Lebih lanjut, Doddy mengatakan, kesulitan yang diperkirakan akan dialami bank KBMI 1 nantinya terkait dengan perencanaan menentukan ekspektasi pengeluaran kas bank dalam 30 hari ke depan.
Baca Juga: Terbit Besok, Perbankan Bersiap Menjual SRBI kepada Nasabah Lewat Pasar Sekunder
"Karena ini pembilangnya ekspektasi dari bank berapa dana yg akan keluar, ini tujuannya agar lebih aman likuiditasnya, agar tidak terjadi tiba-tiba penarikan dana yang cukup besar dan membuat defisit," ungkapnya.
Sementara itu, selama ini bank di KBMI 1 yang wajib melakukan pemenuhan LCR ini adalah bank yang lebih dari 50% kepemilikan sahamnya dikuasai oleh asing, atau bank asing yang berkedudukan di Indonesia.
Ambil contoh PT Bank OKE Indoensia Tbk atau OKE Bank, Direktur OKE Bank Efdinal Alamsyah mengatakan, sebagai bank yang lebih dari 50% sahamnya dikuasai asing, yakni OK Financial Co., Ltd Korea sebesar 90.25%, mereka tentu saja sudah memenuhi aturan tersebut sejak Desember 2018 lalu.
Baca Juga: Analisa BRI: Kegagalan SVB Terjadi Karena Kombinasi 5 Risiko Ini
"Kami sudah penuhi sesuai dengan pasal 61 POJK no. 42/POJK.03/2015, jadi kami sudah memenuhi kewajiban LCR ini," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Reporter: Nurtiandriyani Simamora Editor: Noverius Laoli
STATISTIK PERBANKAN INDONESIA
Statistik Perbankan Indonesia (SPI) merupakan media publikasi yang menyajikan data perbankan Indonesia. SPI diterbitkan secara bulanan untuk memberikan gambaran perkembangan perbankan di Indonesia secara periodik.
Matriks Penyempurnaan Statistik Perbankan Indonesia (SPI)
Matriks Rincian Penyempurnaan Statistik Perbankan Indonesia (SPI)
Matriks Penyempurnaan SPI dimaksud memetakan tabel-tabel SPI edisi sebelumnya ke dalam SPI Penyempurnaan.
Untuk keterangan lebih lanjut terkait penerbitan Statistik Perbankan Indonesia dapat menghubungi:
OTORITAS JASA KEUANGAN
Departemen Pengelolaan Data dan StatistikEmail : [email protected]Address : Menara Radius Prawiro, Jl. MH. Thamrin No. 2Telp : 157
- KMTI UMS PROUDLY PRESENT -🚀 Hello Industrial Engineering Students ! 🔥 Keluarga Mahasiswa Teknik Industri UMS 2021 kali ini akan menyelenggarakan acara Kuliah Umum 1 dengan mengusung tema yang cukup unik dan menarik tentunya yaitu "Membangun Ketahanan Rantai Pasok dengan Sistem Terintegrasi untuk Meningkatkan Daya Saing" 💫 Pelaksanaan acara nanti akan diisi oleh pembicara yang sangat kompeten dan berpengalaman di bidang industri, sayang sekali untuk dilewatkan begitu saja : 🎤Pembicara 1 Ir. Rahmanto Amin Jatmiko, MBA (Supply Chain Upstream and Operations Project Director PT Nutricia Indonesia Sejahtera & PT Sari Husada Generasi Mahardika) 🎤 Pembicara 2 Endang Wahyudarti, S.T. (Alumni Teknik Industri ITB dan Co-Founder & Management Consultant PT Etternell Solusi Mandiri) 👤Moderator Muhammad Ihsan Maulana (Mahasiswa Teknik Industri UMS Angkatan 2019) Ayo gabung segera dan catat waktu pelaksanaannya pad...